MUSUH TERBESAR KITA ADALAH HATI YANG KERAS

 Pernah nggak merasakan puncak syukur. Ketika ada perasaan ikhlas, legowo, atas ketentuan yang telah kita jalani. Lebih memilih dalam hati "yah sudahlah, sudah berlalu". Lebih memilih mengoreksi daripada menghakimi diri sendiri.

 Bukan, bukan tidak mengakui adanya hal buruk yang pernah dilakukan, tetapi lebih pergi ke pemindahan sisi lain dari pengalaman. 

 Itupun menjadi oposisi ketika kita mengalami yang namanya keras hati. Selalu julid dengan Tuhan. Bertanya "kenapa sih begini, kenapa sih begitu?". Padahal nyatanya itu karena kesalahan kita sendiri, nggak perlu nyalahin takdir kali..

 Analoginya begini. Allah tuliskan takdir kita karena Dia mengetahui  dan punya ilmu masa depan. Dia menuliskan apa yang Dia ketahui, bukan memaksakan. Dia tahu kita bakalan milih itu,karena ilmuNya. Ada sebab akibat takdir,itu konsepnya

 Ngiming Ngiming tentang hati yang keras. Kalau hati sudah keras, sudahlah badan ikut terjun pada kekerasan pula.Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599)

 Nggak bisa dipungkiri hal ini, baik secara medis maupun agamis. Ulama mengatakan bahwa hati di sini ialah jantung. Kalau kita cemas kita pasti akan merasa sesak bukan? Bukankah yang memompa darah adalah jantung? Nah itu... Jantung (hati) yang bermasalah. 

 Sulit memang konsisten untuk legowo, tapi ya  begitu, harus berusaha. Cara yang paling efektif menurutku ialah melunakkan hati. 

 Caranya banyak mengingat kematian, dan mendekatkan diri ke Allah. Kalau hati udah lunak, pikiran bakalan free, seolah olah gak ada lagi gravitasi dan tekanan, jadi kayak di luar angkasa. 
 Tidak mudah memang berada di puncak legowo. Ridha aja gitu. Perlu effort keras untuk menyudahi segala huru hara yang hiruk piruk di otak kita. Kita merasa menjadi orang yang tidak diadili dengan baik, kenapa harus aku, dst. 

 Saran dari aing, banyak banyak zikir. Astagfirullah adalah jalan ninja kita untuk mencapai ketenangan hati. Aku challege deh teman teman, sehari istighfarnya 100 x atau 10 x deh setidaknya. Namun juga dimaknai dengan baik yah.. Selamat mencoba. 

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُو

 yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(Q.S Ar rad:28)

 Saran pula nih, dengan mengubah pola pikir (mindset) kita. Dibandingkan menanyakan mengapa begini dan begitu, lebih baik mengambil pelajaran. Mengubah fokus itu sih core nya. 

 Saat hati kita tenang, kita bakalan ridha dengan masa lalu dan tak mengkhawatirkan masa depan. Ayat booster dari Allah pun udah jelas tercantum dalam Qur'an
 Allah is the best planner, seng penting yakin... 
Aku pernah baca novel best seller dunia yang judulnya "Asiyah", karya Sibel Eraslan. Versi terjemahan, karena bahasa aslinya Bahasa Turki. 

 Di cerita itu Asiyah mengatakan : "Orang yang menuduh Allah, kalah sejak awal." Jlebb. 

 


Komentar

Postingan Populer