Menyemburat Burnout : Kegiatan Nirmakna

Terkadang produktif itu bukan tentang betapa banyak aktivitas yang mampu kita selesaikan. Adakalanya diam sejenak dan bersantai adalah keproduktivitasan yang paling kamu perlukan saat ini.

Minggu ini gw cukup sibuk dengan organisasi yang ada dan berdasar jadwal inshaalllah minggu depan lebih sibuk lagi. Cuma ya.. Gw membiasakan diri untuk sibuk agar masa muda gw termanfaatkan dengan baik(Cielah..).

Satu hal yang gw sadari ketika menjalani hari tanpa break adalah tidak berfungsinya sensor rasa lelah dalam diri gw sehingga pada akhirnya akan mendapatkan gelombang kelelahan yang berlebih atau bahkan sakit. Kita harus cepat menyadari sinyal dari tubuh, terkadang sinyal tubuh yang menyatakan kita lelah itu sudah sangat jelas tetapi diri ini saja yang mengabaikan.

Kita ingin senantiasa pada track positif yang telah kita bangun. Agaknya kita terlampau egois dan seolah tidak melibatkan fisik kita dalam berkegiatan. 

Gw terdiam sejenak. Mengapa hal yang gw anggap produktif nyatanya membuat break yang lebih lama. Demand untuk istirahat dan memberi reward diri sendiri bertambah besar. Sebenarnya hal-hal yang gw lakukan ini esensi nya apa sih?. Apakah hanya sekadar agar dapat memberi self-reward di kemudian hari? Apakah hanya sekadar membuat diri seolah-olah merasa produktif padahal belum mampu memahami skala prioritas?.

Ngomong² soal priorita pasti ada kaitannya dengan kualitas dan kuantitas. Kuantitas tak sama dengan kualitas. Namun, kedua hal ini saling bergandengan dan diharapkan mampu selaras. Terlampau memikirkan kuantitas akan membuat kita kehilangan makna dan terlampau fokus pada kualitas memprovokasi kita untuk tidak memulai sesuatu.

Ini pasti juga memiliki korelasi dengan alasan lo melakukan sesuatu kan. Tujuannya apa?. Apa cuma banyak² in digit task yang udah lo kerjakan?. Then.. Teringat gw pada hadist arbain ke-1. Tentang niat. Melakukan semuanya karena Allah agar tujuannya paripurna. Namun ada pula amalan yang dilakukan oleh manusia selain untuk Allah. Terus gimana perhitungan pahalanya?.. Berikut penjelasannya:
1.) Ria' Murni > Nggak ada sama sekali niatan ibadah karena-Nya. Kamu melakukan ibadah karena ingin pujian,dsb [pahala 100% hanguzz]

2.) Beramal karena Allah tapi karena manusianya juga ada. Maka:
a. Dari awal emang rencananya begitu [ 100% Hanguz)
b. Niat awal karena Allah tapi terdistraksi dengan niatan karena makhluk [ pahala terhitung selama niatan itu karena Allah selebihnya karena manusia dianggap hangus]

3.) Beramal karena Allah tapi terdapat tujuan duniawi selain ria' ( misal puasa Senin Kamis untuk diet) maka > [ pahala bakal tetep dapet tapi... nggak sebesar bila melakukannya karena Allah semata].
Nyatanya niat sepenting itu.. Islam mengajarkan kita untuk berpikir esensial yakni tentang landasan. Untuk apa kamu mengerjakan sesuatu yang kamu kerjakan saat ini. Coba renungkan?.

Produktif tidak bergantung kepada kuantitas. Ini tergantung pada seberapa fulfilling hal yang lo lakuin tersebut. Terkadang gw pun merasa, seharusnya bisa selesaikan A,B,C dan D tetapi nyatanya belum mampu diselesaikan. Nyatanya, gw terpedaya oleh kuantitas tetapi gw melupakan kualitas. Dan seringkali ketika kita terlampau peduli terhadap jumlah, kita akan berfokus pada angkanya saja sedangkan kita tidak peduli tentang value nya apa. Kita begitu terkesima pada hal-hal yang mampu didiagnosis mata tetapi kita seolah menutup mata pada hal-hal yang lebih esensial yang memang dominan sifatnya itu lebih cenderung intangible.

Carilah hal-hal yang membuatmu menjalani hari jauh lebih bermakna. Belajarlah menciptakan skala prioritas yang dijalankan. Tidaklah semua hal harus kita ikuti, kita pun harus lihai mencerna kapasitas diri, sebab di awal tentu kita semangat, tetapi setiap dari kita pasti akan menyenggol titik jenuh suatu kegiatan tersebut. Jadi, milikilah alasan yang mendalam ketika kamu memilih untuk melakukan sesuatu. Janganlah gegabah hanya karena alasan sedang semangat ya..

Gw yang awalnya nggak terlampau percaya kepada yang namanya burnout sebab semasa SMP dulu gw merasa bisa menyeimbangkan kehidupan gw. Namun, waktu SMA ketika tanggung jawab organisasi bertambah, pelajaran di sekolah bertambah sulit, dan lain sebagainya. Nyatanya burnout itu benar adanya. Burnout terjadi ketika kita memiliki skala prioritas primer yang banyak di waktu yang bersamaan dan diikuti perkara-perkara sekunder yang tersporarisasi sehingga bergumul menciptakan paguyuban skala sekunder tingkat primer. Hmm sounds complicated, cuma ya mungkin itu yang terlintas di benak diri saat ini hehe.

Semakin ke sini gw semakin sadar. Mengambil langkah berarti mengambil tanggung jawab baru. Gw berusaha untuk bijak dalam memilih tanggung jawab agar tidak tanggung-tanggung dan memiliki kemampuan menjawab. Artinya punya alasan yang kuat atas langkah yang gw jalani. Pesan gw cuma satu guys, semangat!.Jangan sia-siakan masa muda yang Allah titipkan ya🥰🤩


Komentar

Postingan Populer