Jejak di Pasir Waktu: Aku & Keraguan Terhadap diri sendiri

   “Manusia bisa hidup tanpa makanan selama 2 bulan, tetapi tidak bisa hidup tanpa harapan walau hanya sedetik saja.”

    Hai semuanya, akhirnya aku kembali untuk berselancar dalam alam kepenulisan⚘️. Agaknya sudah sangat lama tidak menulis. Pagi ini, seolah mendapat lontaran ilham untuk menulis kembali  hehehe🌻.Buat teman-teman yang baru di sini, the greatest welcome for y'all... :)

    Tiga hari yang lalu, aku tiba di kampung halaman. Selama di kereta, aku termenung dengan begitu banyak pikiran yang menari di kepala. Baik tentang perjalanan, kehidupan, hingga pencapaian. Aku memandang lepas ke arah sungai yang aku lewati, lalu bergumam dalam hati, "Apakah sungai pernah meminta untuk menjadi sungai? lalu apakah sungai memiliki impian?" Wuuuu... wuuuu... bunyi klakson panjang kereta api memecah kehenigan lamunan, diri ini tersadarkan dari lamunan tersebut dengan tiba-tiba. Tersadarkan bahwa semua hal yang ada di muka bumi ini memiliki peranannya masing-masing, waktunya masing-masing, dan problematikanya masing-masing.

    Layaknya, aku yang melihat sungai begitu tenangnya. Di sekelilingnya terdapat pohon-pohon rindang, di bawahnya terdapat ikan-ikan yang indah. Namun, diri ini lupa bahwa sungai juga punya luka. Sampah plastik yang merajalela hingga limbah pabrik yang dilimpahkan padanya tiada celah. Semua sedang berjuang menghadapi dan juga menutupi masalah-masalah tersebut. Aku pikir bukan untuk terlihat sempurna tetapi terkadang rahasia umum sudah tidak perlu dibicarakan lagi, bukan? 

    Pejalanan juga membawaku merenung. Merenung lebih dalam tentang diri ini. Iya, tentang semua hal sepertinya. Jujur, belakangan ini aku sedang seringkali bimbang. Bukan tentang tujuan hidup, tetapi tentang diri sendiri. Ada beberapa mimpi yang rasanya begitu tinggi untuk ditaklukan. Ada beribu keraguan sedalam palung Mariana di lubuk hati anak Lubuklinggau ini. Mungkin banyak yang heran dan merasa tidak percaya dengan hal ini. Sebab aku terlihat fine-fine saja dengan kehidupan selama ini hehe. Namun, layaknya lagu Million Dreams by Pink;

'Cause everynight, i lie in bed
The brightest colours fill my head
A million dreams are keeping me awake
I think of what the world could be
A vision of the one I see
A million dreams is all it's gonna take

    Mimpi-mimpi yang membuatku selalu terjaga di malam hari. Keraguan, apakah suatu hari nanti aku bisa meraihnya. Apakah langkah yang ku ambil telah tepat. Terkadang pun berujung pada menyalahkan diri sendiri, selalu merasa kurang baik, hingga merasa kenapa tidak melakukan begini dan begitu. Nyatanya pun setelah mendapatkan apa yang diimpikan hal ini tetap berlangsung. Merasa masih bisa mendapatkan hal yang lebih baik dan bergelora untuk mengemban mimpi menaklukan puncak gunung berikutnya. Semua ini menyadarkan aku bahwa hadist Nabi adalah sangat valid. 

لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekali tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048)

Sumber https://rumaysho.com/3446-tidak-puas-dengan-satu-lembah-emas.html

    Aku yakin hal ini pasti tidak luput dari seorang pun di dunia ini. Semua insan pasti pernah dan harus pernah merasakan hal-hal ini. Aku sadar bahwa tanpa mempertanyakan bagaimana kompetensi diri ini dan sampai pada tahap meragukan diri sendiri, itu tandanya kita berkembang. Ini adalah sinyal kita sudah tidak di tempat yang sama lagi. Ini adalah simtom bahwa kita sudah mulai berenang menuju laut lepas bukan lagi ikan yang bangga dengan keindahan akuarium kecilnya. Semua hal ini patut dirayakan.

    Di sisi lain mempertanyakan tentang semua ini membawaku pada suatu titik kesimpulan bahwa ini adalah end-less-circle yang aku dan kita semua harus tempuh. Ragu-percaya-ragu lagi-percaya lagi. Layaknya ada hari-hari bahagia adapula hari-hari yang nestapa. Berita baiknya, itu semua tidak apa-apa. Iya, tidak mengapa, di satu hari dalam seminggu ada rasa malas yang mengetuk pintu jiwa. Tidak mengapa pula dalam satu hari kita tidak melakukan apapun kecuali bermalas-malasan dan rebahan. Tidak mengapa pula kita belum bisa seperti teman-teman  seumuran yang 'dinilai' lebih sukses dan itupun oleh kacamata diri sendiri yang seringnya lupa dengan kompetensi diri sendiri hehe. 

    Sekarang, aku melihat semua jejak di pasir waktu ini sebagai sebuah fase saja. Aku mengubah sudut pandang ku bahwa oke, aku sedang merasakan ragu terhadap diri sendiri nih, palingan besok jadi percaya diri lagi... Palingan besok rasa bimbangnya udah tereduksi karena merenungi kilas balik seluruh yang telah dilalui. Satu hal teman-teman yang pengen banget aku sampaikan. After dengerin podcast dari Dr. Kanojia w/ Steven Bartlett


Sekarang, aku pun juga menjadi lebih yakin bahwa sinyal-sinyal yang jiwa kita beri adalah tanda bahwa kita harus melakukan sesuatu untuk menemukan jalan keluarnya. Sesederhana mungkin butuh healing sejenak, mungkin bermain sosial medianya dikurangi lagi ataupun mungkin itu saat yang tepat untuk semakin bersemarak mengumpulkan hal-hal yang dibutuhkan sebagai senjata untuk meraih mimpi tersebut. Kalian tahu guys apa yang paling penting? Iya, menemukan semua jawabannya dalam diri kalian sendiri... Sekarang!

See yaaa and i am waiting for the good news about your story in finding yourself. Send me your messege what do you want to improve in the future (2025 goals in a brief) also what something that you have learned after reading my blog. 

Send it through my email faizanaurahblog@gmail.com












Komentar

Postingan Populer